Ingat makan ingatlah orang Minangkabau atau
sedikitnya ingatlah restoran Padang yang telah menyebar hampir keseluruh
pelosok bumi ini. Suku bangsa yang berdiam di sebelah Sumatera Barat sejak
dahulu terkenal memiliki resep-resep masakan lezat. Diantara resep-resep itu
banyak yang diwariskan secara turun temurun dari sistem kekerabatan sesuku
sampai ke sistem kekerabatan se-ibu. Dengan kata lain bercita rasa asli. Tapi
jangan salah, masakan padang mengenal modifikasi resep dari resep-resep masakan
suku bangsa lain. Kesemuanya bertemu
dalam satu falsafah terkenal tentang makanan : Yang di pandang rupa, yang
dimakan rasa.
Canti dan lezat? Tentu.
Tapi disamping lezat masakan Padang terkenal awet. Entah karena bumbunya atau
lamanya waktu yang digunakan untuk memasak, masakan Sumatera Barat atau
Minangkabau atau entah kenapa lebih dikenal dengan masakan Padang itu memang
bisa tahan berhari-hari. Misalnya
Rendang yang salah satu bahannya menggunakan santan. Orang Minang tidak akan
beranjak meninggalkan tungku sebelum rendang itu mengeluarkan minyak atau
minimal kental kuahnya yang kemudian disebut Kalio.
Begitupula dengan
penggunaan bumbu. Falsafahnya sama dengan falsafah makan “bahwa anda tidak
boleh pelit dalam urusan perut.” Orang Minang terkenal boros dalam menggunakan
bumbu. Bagi yang tidak biasa, bisa melayang nyali dibuatnya jika melihat
bagaimana onggokan cabe merah giling bergelimpangan diatas cobek yang mereka
sebut ‘batu lado’ . Padahal mereka hanya akan merendang satu kilo daging sapi.
Ya sangat menarik melihat keberanian mereka menggunakan cabe merah keriting
yang terkenal menyengat, santan kental dari buah kelapa yang cukup masak, atau
sekian buah bawang merah hanya untuk memasak satu kilo daging. Begitulah. Anda
tidak bisa menyangkal bahwa akhirnya masakan ini hampir bisa diterima oleh semua lidah. Lama mengolah dan banyak
bumbu itu hanya merupakan password untuk memanjakan lidah anak- cucu dari
nenek-moyang orang Minangkabau.
Jenis-jenis masakan
Rendang memang memegang
kata kunci dalam jenis masakanan orang Minang. Bisa juga dikatakan rendang
adalah makanan adat sebab ia hadir setiap saat. Dalam setiap upacara adat atau
kegiatan seremonial rumah tangga sehari-hari rendang tidak pernah ketinggalan dalam
daftar menu. Ia ibarat rok dengan blus. Hilang satu maka sumbanglah mata yang
memandang.
Tapi masakan Padang
bukan hanya itu. Aneka jenis gulai-gulai yang mengundang selera bertebaran di
seantero pelosok Kanagarian (daerah) Minangkabau, menunggu waktu untuk di
publikasikan. Ada Gulai Banak dengan bahan dasar otak sapi. Ada Gulai Tunjang
dengan bahan kaki sapi atau kerbau. Ada Gulai Masin dengan bahan dasar ikan
tongkol atau ikan emas. Atau Gulai Paku (pakis) yang gurih dicampur dengan ikan
asin jambal plus taburan rasa asam dari potongan asam kandis.
Masih kurang? Jangan
kutir. Sate Padang, Selada, Soto, atau aneka Dendeng disediakan resepnya
didalam home page ini. Anda dipersilahkan untuk datang dan menjelajahi. Bahkan
jika anda rindu pada steak, disinipun tersedia. Telah disinggung diatas tadi
bahwa masakan padang mengenal modifikasi resep. Menu dari sepupu orang Minang
yang berkulit putih inipun sudah lama merasuk kedapur orang Minang. Namanya
Steak Ala Minang. Rasanya tidak perlu anda tanyakan mungkin Black Peper Steak
yang dagingnya berasal dari sapi
special seperti Black Angus itu bisa
cemburu jika anda sejajarkan dengan steak orang Minang. Hanya anda tidak
membutuhkan kentang atau salad untuk menemaninya. Yang anda butuhkan adalah
nasi hangat dari beras “Karuik Kusuik’ yang putihnya sama dengan salju diatas Gunung Himalaya.
Tidak lengkap rasanya
jika anda hanya mengenal lauk-pauk. Yuk! Sekarang kita menjelajah ke penganan
kecil. Pernah mendengan “Nainti Lunak”? Maksud nama itu adalah kue yang ingin
menyaingi keterkenalan Combro’ atau Misro’ milik suku diluar suku Mingakabau.
Bahanya dari tepung beras ketan, diuleni dengan air kapur sirih, dibulatkan
sebesar telur ayam kampung, lalu didalamnya diisi oleh unti berupa kelapa parut
dan gula pasir, lalu digoreng.
Ada lagi Bubur Kampiun.
Jika bulan puasa dan kebetulan anda berada di Jakarta pergilah ke Proyek Senen
untuk mencari ‘pabukoan’ atau disebuah tempat yang tidak jauh dari sana yaitu
dimuka bioskop Rivoli. Bubur Kampiun yang dijajakan disana terkenal lezatnya
sejak lama.
Bagi wanita yang suka
arisan, anda tidak akan kecewa jika menghidangkan Ongol-Ongol Nangka pada
teman-teman anda. Apalagi jika ditemani oleh Arai Pinang, Lamang Baluo atau
orang Magek (salah satu ke Nagarian di Minangkabau) memanggilnya dengan Lamang
Luluik. Lemang ini mudah membuatnya tidak dibakar didalam batang bambu
sebagaimana lemang konvesional. Bahan dasar adalah beras ketan yang dimasak
setengah matang dan untinya yang terbuat dari kelapa muda plus gula merah
dililit oleh daun pisang, disemat, lalu dikukus. Jika anda iseng untuk
memikirkannya, bentuknya persis seperti bantal guling.
Bagaimana dengan
minuman? Oh ada. Namanya adalah teh telur. Teh telur adalah kombinasi dari teh
dan kuning telur ayam kampung atau telur itik, diaduk jadi satu dengan gula.
Dengan bertambah luasnya daya jelajah orang Minang dalam merantau tidak
ketinggalan pula halnya selera. Sekarang teh telur biasa ditambah dengan madu
atau susu. Rasanya? Anda tidak akan dapat melihat kedua belah telinga jika
sedang menikmatinya.
Bon a petit, semoga
suka.
ALSU Mei 1999